=========================================
Dikutip dari Kompas.com
PSDKP BANTEN, RABU -
Dunia telah kehilangan hampir 20 persen terumbu karangnya akibat emisi karbon
dioksida, demikian laporan yang disiarkan di Poznan, Polandia, Rabu
(10/12). Laporan yang dirilis Global Coral Reef Monitoring Network ini
merupakan upaya memberi tekanan atas peserta konferensi PBB mengenai iklim agar
membuat kemajuan dalam memerangi kenaikan suhu global.
“Jika
kecenderungan emisi karbon dioksida saat ini terus berlangsung, banyak terumbu
karang mungkin akan hilang dalam waktu 20 sampai 40 tahun mendatang, dan ini
akan memiliki konsekuensi bahaya bagi sebanyak 500 juta orang yang bergantung
atas terumbu karang untuk memperoleh nafkah mereka,” ungkap laporan tersebut.
“Jika
tak ada perubahan, kita akan menyaksikan berlipatnya karbon dioksida di
atmosfer dalam waktu kurang dari 50 tahun,” ujar Carl Gustaf Lundin, pimpinan
program kelautan global di International Union for Conservation of Nature,
salah satu organisasi di belakang Global Coral Reef Monitoring Network.
“Karena
karbon ini diserap, samudra akan menjadi lebih asam, yang secara serius merusak
sangat banyak biota laut dari terumbu karang hingga kumpulan plankton dan dari
udang besar hingga rumput laut,” tambahnya.
Saat
ini, perubahan iklim dipandang sebagai ancaman terbesar bagi terumbu karang.
Ancaman utama iklim, seperti naiknya temperatur permukaan air laut dan
tingkatan keasaman air laut, bertambah besar oleh ancaman lain termasuk
pengkapan ikan secara berlebihan, polusi dan spesies pendatang.
Yang
membesarkan hati dari laporan tersebut adalah sekitar 45 persen terumbu karang
saat ini masih berada dalam kondisi sehat. Harapan lainnya adalah
kemampuan sebagian terumbu karang untuk pulih setelah peristiwa besar
“bleaching” akibat air yang menghangat, dan menyesuaikan diri dengan perubahan
iklim.
“Laporan
itu merinci konsensus kuat ilmiah bahwa perubahan iklim harus dibatasi pada
tingkat minimum absolut,” ungkap Clive Wilkinson, Koordinator Global Coral Reef
Monitoring Network.
Laporan
tersebut juga menyatakan terumbu karang memiliki peluang lebih tinggi untuk
bertahan hidup pada saat perubahan iklim terjadi, jika faktor tekanan lain yang
berkaitan dengan kegiatan manusia diperkecil.
Selain
perubahan iklim yang kan merusak Terumbu Karang, factor yang paling krusial
adalah dari tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab dimana mereka mengambil
Terumbu Karang dengan cara di Congkel dan sebagainya.